Author: Yuli Indrayanti
•12/04/2009
Suatu ketika, ada seorang raja yang akan memilih perdana menteri untuk kerajaannya. Beberapa calon telah diuji, hingga tinggallah satu calon yang dianggapnya paling mumpuni karena memiliki kecerdasan dan sifat bijak. Namun, sebelum raja berketetapan menjadikannya sebagai perdana menteri, raja masih ingin memastikan bahwa pemuda pilihannya tak salah. Karena itu, raja pun memanggil pemuda calon perdana menteri tersebut.

"Wahai pemuda, tahukah kamu masakan yang paling baik di dunia? Dan, tolong masakkan aku makanan terbaik di dunia ini," titah sang raja.

Mendengar perintah tersebut, sang pemuda segera pergi ke pasar. Ia berjalan-jalan keliling di pasar sambil berpikir apa yang terbaik untuk dimasak bagi sang raja. Setelah lama berpikir, akhirnya dia memilih untuk membeli lidah sapi. Sesampai di rumah, dia segera memasak lidah sapi itu menjadi lima jenis sayuran dan segera diantarnya ke istana.

Raja segera menyantap hidangan yang diberikan oleh sang calon perdana menteri. Sembari mencicip, ia pun bertanya, "Masakan ini enak sekali, dibuat dari apakah sayuran ini?"

Sang pemuda pun menjawab, "Paduka yang mulia, sayur ini semuanya saya buat dari lidah sapi."

Raja pun bertanya, bagaimana sang pemuda memutuskan memilih lidah sapi sebagai masakan yang terbaik untuk sang raja. "Dari sekian banyak daging yang mahal, mengapa kamu justru memilih lidah sapi untuk dimasak?"

Sang pemuda pun menjawab, "Di dunia ini, lidah adalah salah satu komponen terpenting dan paling membawa manfaat Baginda. Raja bisa mengucapkan titah dengan lidah. Selain itu, lidah juga bisa mengabarkan hal yang baik-baik serta positif. Hebatnya lagi, dengan lidah kita juga bisa menyadarkan orang yang putus asa, bisa membuat yang kesepian jadi bahagia dan gembira."

Sang raja pun sangat puas dan senang dengan penuturan sang calon perdana menteri. Ungkapan bijak yang diceritakan dengan runtut membuat raja merasa pilihannya tak salah. Namun, sebagai raja yang punya pengalaman sangat luas, raja pun ingin mengujinya lebih lanjut. Maka, raja pun berujar kepada sang calon perdana menteri, "Sungguh, aku kagum dengan pemikiranmu. Namun, aku masih penasaran. Karena itu, kali ini cobalah buatkan aku makanan yang paling buruk di dunia."

Sang pemuda terlihat berpikir keras. Namun, ia lantas tersenyum, seperti menemukan jawaban dari titah tersebut. Maka, keesokan harinya, ia pun pergi ke pasar untuk mencari bahan makanan untuk membuat masakan paling buruk di dunia. Sesampainya di rumah, segeralah dimasaknya bahan tersebut menjadi lima masakan untuk sang raja.

Makanan itu pun segera disuguhkan pada baginda. Namun, saat melihat masakan tersebut, sang raja segera bertanya. "Apa yang kamu lakukan. Mengapa kamu kembali memasak lidah sapi untuk kau suguhkan padaku? Bukankah aku meminta kamu memasak makanan paling buruk di dunia? Sedangkan tempo hari, kamu saat aku minta masakan terbaik, kamu juga memasak lidah. Tapi, sebaliknya, kini kamu juga masak lidah sebagai masakan terburuk?"

Sang pemuda calon perdana menteri pun segera menjelaskan maksudnya, "Baginda yang mulia, di dunia ini lidah sangat berguna dan membawa banyak kebaikan. Namun, pada sisi yang lain, lidah juga bisa membawa keburukan. Lidah bisa membuat kata-kata yang salah, membuat fitnah yang mengadu domba antar manusia. Lidah yang salah akan melahirkan masalah. Lidah yang dipenuhi hal negatif akan membawa pengaruh yang bisa membuat keluarga bahkan negara tak lagi utuh. Karena itu, lidah bisa membawa kebaikan dan sekaligus keburukan. Jika ditujukan untuk kebenaran, akan menghasilkan kebahagiaan. Jika salah digunakan, bisa mendatangkan kenestapaan."

Sang raja pun makin terkagum-kagum dengan pemuda pilihannya itu. Maka, sang raja pun menobatkannya menjadi perdana menteri kerajaan dan si pemuda pun terbukti mampu menjalankan amanah sebagai pemimpin dengan penuh kebijaksanaan.

Lidah memang tak setajam pisau. Namun, dengan lidah, kita bisa membunuh dan melukai. Melalui kalimat yang terucap, dengan untaian kata yang terangkai, jika tak hati-hati dan dilandasi kebijaksanaan, lidah dapat menjadi "pisau" tajam yang menghujam hingga ke relung hati. Teman bisa jadi musuh, relasi bisa jadi tak lagi peduli, persaudaraan pun bisa terpecah belah.

Karena itu, gunakan lidah dengan hati-hati. Biasakan lidah mengucap kata penuh makna. Jadikan lidah penyambung tali saudara. Untai kalimat positif di setiap saat. Sebab, hanya dengan ucapan yang penuh tanggung jawab, kita akan jadi manusia berguna. Tentunya, bukan sekadar ucapan di ujung lidah belaka. Namun, harus pula disertai tindakan yang membawa manfaat nyata.

Mari, hiasi lidah dengan kebaikan, maka hidup akan bertaburkan kebahagiaan.

Sumber : http://www.andriewongso.com


Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.

Read More..
Author: Yuli Indrayanti
•12/04/2009
Dikisahkan, di tepian tebing yang terjal, tumbuhlah setangkai tunas bunga lily. Saat tunas bunga lily mulai bertumbuh, dia tampak seperti sebatang rumput biasa. Tetapi, dia mempunyai keyakinan yang kuat, bahwa kelak dia pasti akan tumbuh menjadi sekuntum bunga lily yang indah.

Rumput-rumput liar di sekitarnya mengejek dan menertawakannya. Burung-burung dan serangga pun menasihatinya agar tunas lily jangan bermimpi menjadi bunga. Mereka pun berkata, "Hai tunas muda, sekalipun kamu bisa mekar menjadi kuntum bunga lily yang cantik, tetapi lihatlah sekitarmu. Di tebing yang terpencil ini, biarpun secantik apa pun dirimu kelak, tidak ada orang yang akan datang melihat dan menikmati keindahanmu."

Diejek seperti itu, tunas bunga lily tetap diam dan semakin rajin menyerap air dan sinar matahari agar akar dan batangnya bertumbuh kuat. Akhirnya, suatu pagi di musim semi, saatnya kuncup pertama pun mulai bertumbuh. Bunga lily merasa senang sekali. Usaha dan kerja kerasnya tidak sia-sia. Hal itu menambah keyakinan dan kepercayaan dirinya.

Dia berkata kepada dirinya sendiri, "Aku akan mekar menjadi sekuntum bunga lily yang indah. Kewajibanku sebagai bunga adalah mekar dan berbunga. Tidak peduli apakah ada orang yang akan melihat atau menikmati keberadaanku. Aku tetap harus mekar dan berbunga sesuai dengan identitasku sebagai bunga lily."

Hari demi hari, waktu terus berjalan. Akhirnya, kuncup bunga lily pun mekar berkembang-tampak indah dan putih warnanya. Saat itulah, rumput liar, burung-burung, dan serangga tidak berani lagi mengejek dan menertawakan si bunga lily.

Bunga lily pun tetap rajin memperkuat akar dan bertumbuh terus. Dari satu kuntum menjadi dua kuntum, berkembang lagi, terus dan terus berkembang, semakin banyak. Sehingga jika dilihat dari kejauhan, tebing pun seolah diselimuti oleh hamparan putih bunga-bunga lily yang indah. Orang-orang dari kota maupun desa, mulai berdatangan untuk menikmati keindahan permadani putih bunga lily. Dan tempat itu pun kemudian terkenal dengan sebutan "Tebing Bunga Lily."

Saat kita mempunyai impian, ide, keinginan, atau apapun yang menjadi keyakinan kita untuk diwujudkan, jangan peduli ejekan orang lain! Jangan takut diremehkan oleh orang lain! Tidak perlu menanggapi semua itu dengan emosi, apalagi membenci. Justru sebaliknya, tetaplah yakin dan berjuang dengan segenap kemampuan yang kita miliki. Buktikan semua mimpi bisa menjadi nyata.

Hanya dengan bukti keberhasilan yang mampu kita ciptakan, maka identitas kita, jati diri kita, lambat atau cepat pasti akan diakui dan diterima; selaras dengan pepatah yang menyatakan: "A great pleasure in life is doing what people say, you cannot do." Kepuasan terbesar dalam hidup ini adalah mampu melakukan apa yang dikatakan orang lain tidak dapat kita lakukan.

Sumber : http://www.andriewongso.com
Read More..
Author: Yuli Indrayanti
•12/03/2009
As you well know, we are getting closer to my birthday. Every year
there is a celebration in my honor and I think that this year the
celebration will be repeated.

During this time there are many people shopping for gifts, there are
many radio announcements, TV commercials, and in every part of the
world everyone is talking that my birthday is getting closer and
closer. It is really very nice to know, that at least once a year,
some people think of me. As you know, the celebration of my birthday
began many years ago. At first people seemed to understand and be
thankful of all that I did for them, but in these times, no one seems
to know the reason for the celebration. Family and friends get
together and have a lot of fun, but they don't know the meaning of
the celebration. I remember that last year there was a great feast in
my honor. The dinner table was full of delicious foods, pastries,
fruits, assorted nuts and chocolates. The decorations were exquisite
and there were many, many beautifully wrapped gifts.

But, do you want to know something? I wasn't invited.

I was the guest of honor and they didn't remember to send me an
invitation. The party was for me, but when that great day came, I was
left outside, they closed the door in my face .. and I wanted to be
with them and share their table. In truth, that didn't surprise me
because in the last few years all close their doors to me. Since I
wasn't invited, I decided to enter the party without making any
noise. I went in and stood in a corner. They were all drinking; there
were some who were drunk and telling jokes and laughing at
everything. They were having a grand time.

To top it all, this big fat man all dressed in red wearing a long
white beard entered the room yelling Ho-Ho-Ho! He seemed drunk. He
sat on the sofa and all the children ran to him, saying: "Santa
Claus, Santa Claus"as if the party were in his honor!

At midnight all the people began to hug each other; I extended my
arms waiting for someone to hug me and do you know no-one hugged me.
Suddenly they all began to share gifts. They opened them one by one
with great expectation. When all had been opened, I looked to see if,
maybe, there was one for me. What would you feel if on your birthday
everybody shared gifts and you did not get one?

I then understood that I was unwanted at that party and quietly left.
Every year it gets worse. People only remember the gifts, the
parties, to eat and drink, and nobody remembers me. I would like this
Christmas that you allow me to enter into your life. I would like
that you recognize the fact that almost two thousand years ago I came
to this world to give my life for you, on the cross, to save you.

Today, I only want that you believe this with all your heart. I want
to share something with you. As many didn't invite me to their party,
I will have my own celebration, a grandiose party that no one has
ever imagined, a spectacular party. I'm still making the final
arrangements..

Today I am sending out many invitations and there is an invitation
for you. I want to know if you wish to attend and I will make a
reservation for you and write your name with golden letters in my
great guest book. Only those on the guest list will be invited to the
party. Those who don't answer the invite, will be left outside. Be
prepared because when all is ready you will be part of my great party.

See you soon. I Love you!

Jesus


Sumber : http://www.gsn-soeki.com/wouw/a000516.php
Read More..
Author: Yuli Indrayanti
•12/02/2009
Kejadian di bawah ini berlangsung dalam penerbangan British Airways antara Johannesburg dan London. Seorang wanita kulit putih Afrika Selatan berusia
sekitar 50 tahunan duduk di samping seorang pria berkulit hitam. Hal ini agaknya mengganggu wanita ini sehingga dia memanggil pramugari.

"Nyonya, ada masalah apa?", tanya parmugari .
"Anda tidak melihat apa yang terjadi?" tanya wanita itu. "Anda menempatkan saya di samping pria berkulit hitam. Saya keberatan duduk di samping orang yang tergolong menjijikan seperti itu. Berikan saya kursi pengganti.”
"Tolong tenang dulu," jawab sang pramugari. "Hampir semua kursi dalam pesawat ini telah terisi. Akan saya lihat dulu kalau-kalau masih ada kursi yang kosong.

”Pramugari itu pun berlalu dan kembali lagi beberapa menit kemudian.

"Nyonya, seperti yang telah saya perkirakan, tidak ada lagi kursi kosong dikelas Ekonomi. Saya sudah berbicara dengan Kapten dan dia bilang kalau masih ada satu kursi kosong di kelas bisnis. Juga ada satu kursi kosong di kelas utama (First Class).

"Sebelum wanita itu berkata apa-apa, pramugari itu pun melanjutkan kata-katanya: "Perusahaan kami biasanya tidak memperbolehkan penumpang dari kelas Ekonomi untuk duduk di kelas Utama. Namun, dalam situasi semacam ini, Kapten merasa bahwa akan sangat memalukan membiarkan seorang penumpang duduk di samping penumpang lain yang begitu menjijikan.

"Pramugari itu lalu berpaling kepada pria berkulit hitam itu dan berkata :
"Karena itu Pak, jika Anda berkenan, silakan kemasi bawaan Anda, dan pindahlah ke bagian kelas utama," ujar Pramugari itu sambil tersenyum manis.

Seketika itu juga, penumpang lain yang masih terkejut oleh apa yang baru saja terjadi, serentak berdiri dan memberi tepuk tangan penghormatan.
Sebuah cara jitu untuk memerangi RASIALISME baru saja ditunjukkan oleh British Airways.

Sumber : http://www.akupercaya.com
Read More..
Author: Yuli Indrayanti
•12/02/2009
Mereka berdesakan di depan pintu luar__dua anak dengan jaket kedodoran yang sudah rombeng.
“Ada Koran bekas, bu?”
Aku sedang sibuk. Aku ingin menolak__tapi kulihat kaki mereka. Sandal kecil mereka tipis dan basah karena salju. “Masuklah. Saya akan bikinkan kalian susu coklat panas.” Kami tak bicara. Sandal mereka yang basah meninggalkan bekas di lantai.

Aku membuatkan mereka susu coklat dan roti dengan selai untuk membentengi diri mereka terhadap rasa dingin di luar. Lalu aku kembali ke dapur dan meneruskan anggaran rumah tanggaku ...

Kesunyian dalam ruang depan terdengar olehku. Aku melongok ke dalam.
Si anak perempuan memegang cangkir kosongnya di kedua tangannya, menatapnya. Si anak lelaki bertanya dengan suara datar, “Bu…Ibu orang kaya, ya?”
“Saya orang kaya? Wah, bukan!” aku menoleh pada kain-kain sarung bantal yang lusuh.
Si anak perempuan menaruh kembali cangkirnya ke atas lepek dengan hati-hati.

“Cangkir punya Ibu satu set dengan lepeknya.” Suaranya terdengar iba, akibat rasa lapar yang bukan berasal dari perut.
Mereka lalu pergi, memeluk ikatan Koran mereka untuk melawan angin.
Mereka tidak mengucapkan terima kasih. Mereka tidak perlu melakukannya, karena mereka sudah melakukan lebih dari itu.
Cangkir dan piring tembikar biru sederhana, tapi satu set.

Aku mencicipi kentang dan mengaduk kaldu.
Kentang dan kaldu coklat, atap tempat bernaung, suami yang memiliki pekerjaan tetap__semua ini satu set juga.
Aku memindahkan kursi-kursi menjauhi perapian dan membersihkan ruang tamu. Jejak lumpur sandal kecil itu masih basah pada perapian. Aku membiarkannya. Aku ingin jejak itu tetap ada kalau-kalau aku akan lupa lagi bahwa aku ini sebenarnya AMAT KAYA ... (Marion Doolan).

Sumber : http://www.akupercaya.com
Read More..
Author: Yuli Indrayanti
•12/02/2009
"A son and his father were walking on the mountains.
Suddenly, his son falls, hurts himself and screams: "AAAhhhhhhhhhhh!!!"
To his surprise, he hears the voice repeating, somewhere in the
mountain: "AAAhhhhhhhhhhh!!!"

Curious, he yells: "Who are you?"
He receives the answer: "Who are you?"

And then he screams to the mountain: "I admire you!"
The voice answers: "I admire you!"

Angered at the response, he screams: "Coward!"
He receives the answer: "Coward!"

He looks to his father and asks: "What's going on?"
The father smiles and says: "My son, pay attention."

Again the man screams: "You are a champion!"
The voice answers: "You are a champion!"

The boy is surprised, but does not understand.
Then the father explains: "People call this ECHO, but really this is
LIFE.
It gives you back everything you say or do.
Our life is simply a reflection of our actions.

If you want more love in the world, create more love in your heart.
If you want more competence in your team, improve your competence.

This relationship applies to everything, in all aspects of life;
Life will give you back everything you have given to it."

YOUR LIFE IS NOT A COINCIDENCE. IT'S A REFLECTION OF YOU!"

Sumber : http://www.akupercaya.com
Read More..